watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERKOSA ISTRI TETANGGA

Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan
suami-istri muda yang baru tinggal di samping
rumahku itu. Suaminya yang bernama Bram,
berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria
dengan wajah tirus dan dingin. Sangat mahal
senyum. Sedang istrinya, seorang wanita 23
tahun, bertubuh sintal yang memiliki sepasang
mata membola cantik, raut wajah khas wanita
Jawa.
Tak beda jauh dengan suaminya, dia juga terlihat
kaku dan tertutup. Tapi watak itu, agaknya lebih
disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya.
Sehari-harinya, dia selalu mengenakan pakaian
kebaya. Latar belakang kehidupan pedesaan
wanita berambut ikal panjang ini, terlihat masih
cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah.
Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih
dekat dengan pasangan ini, dihari pertama
mereka pindah. Saat mengangkat barang-
barangnya, aku kebetulan baru pulang dari
jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman
rumah yang mereka kontrak. Setelah itu, aku tak
pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga
tak merasa perlu untuk mengurusi mereka.
Perasaan dan pikiranku mulai berubah,
khususnya terhadap si Istri yang bernama
Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku
duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara
kebetulan, juga melalui jendela kamarnya, aku
menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya
dengan sangat telaten dan penuh kasih. Mulai
menemani makan, mengenakan pakaian,
memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan letak
baju, sampai ketika mencium suaminya yang
sedang bersiap-siap untuk turun kerja, semua itu
kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan
wanita lumayan cantik itu sangat mencintai
pasangan hidupnya yang berwajah dingin
tersebut.
Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan
nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang
memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan
jauh dari pikiran macam-macam terhadap
suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada
suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual
dengan lelaki lain? Apakah seorang istri seperti itu
mampu bertahan dari godaan seks yang kuat,
jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara
paksa kepada suatu kondisi yang
memungkinkannya bermain seks dengan pria
lain? Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan
melawan, menolak secara total meski
keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru
melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan,
dengan dalih ketidakberdayaan karena berada
dibawah ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu,
secara kuat menyelimuti otak dudaku yang
memang kotor dan suka berhayal tentang
penyimpangan seksual. Sekaligus juga akhirnya
melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas
sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat.
Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah
memang tekad yang terbangun kuat di otak
binatangku.
Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu, secara
diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian
intensif terhadap pasangan suami istri muda
tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai
bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama.
Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih
dari satu malam, karena tugas perusahaannya
sebuah distributor peralatan elektronik yang
cukup besar. Dengan kata lain, kapan Maryati,
wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul
yang montok sintal itu tidur sendirian di
rumahnya.
Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya
pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk
momentum memperkosanya. Menikmati bangun
dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing
gairah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya
sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan
setia. Sebab setiap suaminya bepergian atau
sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di
dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak
pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk
di terasnya yang besar. Itu ciri Ibu Rumah
Tangga yang konservatif dan kukuh memegang
tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang
sangat menghormati suami. Meski mungkin
mereka sadar, seorang suami, yang terkesan
sesetia apapun, jika punya peluang dan
kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak
ke sana. Aku tahu suaminya, si Bram selalu
bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap
hari Rabu. Apakah benar-benar untuk keperluan
kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita
simpanannya yang lain. Dan itu bukan urusanku.
Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan
melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan.
Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan
terhadap wanita yang di mataku semakin
menggairahkan itu, kususun dengan cermat. Aku
akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan
mengenakan celana training minus celana dalam,
serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk
tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku pria
macho dengan penampilan menarik yang
gampang memaksa wanita yang berpapasan
denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih,
adalah pada saat Maryati akan tidur. Karena
berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada saat
itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan
daster tipis yang (mungkin) tanpa kutang. Aku tak
terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa
menyaksikannya sekelebat saja lewat cara
mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu.
Kalau Maryati cuma berdaster, berarti aku tak
perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju,
kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau
lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma
mengenakan training spack tanpa celana dalam,
tahu sendirilah.
Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya
lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat
Maryati pergi mengambil jemuran di kebun
belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik
tumpukan karton kemasan barang-barag
elektronik yang terdapat di sudut ruangan
dapurnya. Dari sana, dengan sabar dan terus
berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu
kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya.
Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata
benar tanpa kutang kecuali celana dalam di
baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci
jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam
kamarnya terdengar suara acara televisi cukup
nyaring. Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar
tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan
berikut dari strategi memperkosa wanita
bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari belakang,
sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang
tangan yang lain secara kuat mengunci kedua
tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata
terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan
ketakutan. Dia berusaha meronta dengan keras.
Tapi seperti adegan biasa di film-film yang
memperagakan ulah para bajingan, aku cepat
mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak
bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya
bedanya, aku juga mengutarakan permintaan
maaf.
"Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak
memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan
menyakiti Mbak. Dan saya bersumpah hanya
melakukan ini sekali. Sekali saja," bisikku
membujuk dengan nafas memburu akibat nafsu
dan rasa tegang luar biasa. Maryati tetap tidak
peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-
nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya
dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. "Kalau
Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua
bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak
akan diketahui orang lain. Saya bersumpah
merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak
mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,"
bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh
gerakan tubuhnya.
Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian
leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh
harum merangsang itu. Sedang senjataku yang
keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar,
kutekankan secara keras ke belahan pantatnya
dengan gerakan memutar, membuat Maryati
semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin
kalap melawan dan meronta, namun apalah
artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria
kekar yang sedang dikuasai nafsu binatang seperti
diriku.
Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus
kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit.
Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan
gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan.
Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke
bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang
akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka
dan lubang anusnya kujilati secara buas. Maryati
terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit
kemudian menyelinap masuk diantara
selangkangannya dari belakang dan meraba serta
meremas bagian luar kemaluannya, tapi
membiarkan bagian dalamnya tak terjamah.
Strategiku mengingatkan belum waktunya
sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta
mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa
menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri
sambil memintaku menghentikan tindakan yang
disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang
menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal.
Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan
sekarang sang bajingan sudah tanpa celana,
telanjang sebagian.
"Akan kulaporkan ke suamiku," ancamnya
kemudian dengan nafas terengah-engah. Aku tak
menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi
pundaknya. Lalu menempelkan batang perkasaku
yang besar, tegang dan panas diantara belahan
pantatnya. Menekan dan memutar-mutarnya
dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku
menyusup ke depan, meraba, meremas dan
memainkan puting buah dada besar serta
montok wanita yang terus berjuang untuk
meloloskan diri dari bencana itu.
"Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,"
ratapnya. Aku segera menciumi leher dan
belakang telinganya sambil berbisik untuk
membujuk, sekaligus memprovokasi. "Kita akan
sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada
yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu.
Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia
sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau
percaya dia setia seperti dirimu," bujukku mesra.
"Kau bajingan terkutuk," pekiknya dengan marah.
Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok
dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini
kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang
dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik,
kedua tangannya kurentangkan ke atas.
Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah
oleh keringat milik wanita itu, mulai kuciumi. Dari
sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah
dadanya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta
menyedot putingnya yang terasa mengeras
tegang.
"Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan
aku." Wanita itu menggeliat-geliat keras. Masih
tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku
terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang
menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis,
sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke
bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya
yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti.
Sementara tanganku meremas dan
mempermainkan buah dadanya, kedua batang
paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat,
berusaha kubuka. Maryati dengan kalap berusaha
bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya
menendang-nendang kasar. Aku cepat
menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang
liar itu secara telak membentur dua biji
kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau
aku semaput, wanita ini pasti lolos.
Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati
akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan
keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari
hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini,
lubang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi
sasaran lidah dan bibirku. Tanpa sadar Maryati
terpekik, saat kecupan dan permainan ujung
lidahku menempel kuat di klitorisnya yang
mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan
dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat
sensitif di dalam liang senggamanya, sambil
tanganku terus mengusap, meremas dan
memijit-mijit kedua buah dadanya. Maryati
menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang
menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu.
Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah
pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan
hal itu, mataku berusaha memperhatikan
permukaan perut Si Istri Setia ini. Dari sana aku
bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya,
terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak
masuk dalam ke dalam liang senggamanya.
Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di
bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan
bagian mana Maryati akan merasa lebih
terangsang dan nikmat.
Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari
mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi,
ketika perlawanannya melemah dan kaki serta
kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara
yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan
menggigit bibirnya. Geliat tubuhnya bukan lagi
refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin)
gambaran dari seseorang yang mati-matian
sedang menahan kenikmatan. Berulang kali
kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya
banjir membasah. Ternyata benar analisa otak
kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia
apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng
kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual
yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara
paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh
seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah
seks. Maryati telah menjadi contoh dari hal itu.
Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah
membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi
rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang
bangkit ingin mencari pelampiasan akibat
rangsangan yang kulakukan secara intensif dan
ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya.
Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar
tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan
batang kejantananku tepat di atas wajah wanita
yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi
itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika
terus kurangsang dengan batang perkasaku yang
besar dan hangat tepat berada di depan
mulutnya. Wajahku sendiri, masih berada
diantara selangkangannyadengan lidah dan bibir
terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang
kewanitaannya.
Paha Maryati sendiri, entah secara sadar atau
tidak, semakin membuka lebar, sehingga
memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati
kelaminnya yang sudah membanjir basah.
Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil
tertahan yang bercampur dengan desisan. Aksi
itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu,
sehingga berulang kali kurasakan paha serta
tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan.
Beberapa menit kemudian mendadak kurasa
sebuah benda basah yang panas menyapu
batang kejantananku, membuatku jadi agak
tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan lidah si Istri
Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh
perlawanan yang dibangunnya demikian gigih
dan habis-habisan tadi. Wanita ini telah
menyerah. Namun sayang, jilatan yang
dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski batang
kejantananku sudah kurendahkan sedemikian
rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk
menelan bagian kepalanya yang sudah sangat
keras, besar dan panas itu. Boleh jadi wanita ini
merasa dia telah menghianati suaminya jika
melakukan hal itu, menghisap batang kejantanan
pria yang memperkosanya! Tak apa. Yang
penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah.
Aku cepat kembali membalikkan tubuh.
Memposisikan batang kejantananku tepat di
depan bukit kewanitaannya yang sudah merekah
dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai
menciumi pipinya yang basah oleh air mata dan
lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya.
Maryati menggelinjang liar sambil membuang
wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan
denganku. Buah dadanya kujilati dengan buas,
kemudian berusaha kumasukan sedalam-
dalamnya ke dalam mulutku. Tubuh Maryati
mengejang menahan nikmat. Tindakan itu
kupertahankan selama beberapa menit. Kemudian
batang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir
kemaluannya.
Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar
menerima batang panas yang besar dan akan
memenuhi seluruh liang sanggamanya itu.
Karena kurasa pahanya membentang semakin
lebar, sementara pinggulnya agak diangkat
membuat lubang sanggamanya semakin
menganga merah. "Mbak Mar sangat cantik dan
merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung
dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini,"
gombalku sambil menciumi pipi dan lehernya.
"Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak.
Aku akan memberikan kenikmatan yang luar
biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan
kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak."
Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot
di sekitar anus dan pahaku agar ketegangan
kelaminku semakin meningkat tinggi, liang
kenikmatanwanita desa yang bermata bulat jelita
itu, mulai kuterobos. Maryati terpekik, tubuhnya
menggeliat, tapi kutahan. Batang kejantananku
terus merasuk semakin dalam dan dalam, sampai
akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin
yang montok berbulu itu.
Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar
menahan kenikmatan luar biasa pada saat liang
kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut
menjepitnya. Tubuhku kudorongkan ke depan,
dengan pantat semakin ditekan ke bawah,
membuat pangkal atas batang kejantananku
menempel dengan kuat di klitorisnya. Maryati
melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar
memeluk tubuhku dengan punggung
melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih
tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah
untuk coitus yang membara itu kulakukan.
Maryati kembali terpekik sambil meronta dengan
mulut mendesis dan melengguh. Tembakan
batang kejantananku kulakukan semakin cepat,
dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal
sudut tembakannya, maupun bentuknya dalam
melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring, juga
memutar, membuat Maryati benar-benar seperti
orang kesurupan. Wanita ini kelihatanya sudah
total lupa diri. Tangannya mencengkram
pundakku, lalu mendadak kepalanya terangkat ke
atas, matanyaterbeliak, giginya dengan kuat
menggigit pundakku. Dia orgasme! Gerakan
keluar-masuk batang kejantananku kutahan dan
hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh
liang sanggama Maryati, agar bisa menyentuh
dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana.
Wanita berpinggul besar ini meregang dan
berkelonjotan berulang kali, dalam tempo waktu
sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian
berakhir. Mata dan hidungnya segera kuciumi.
Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan
hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat,
sambil mengatakan permintaan maaf atas
kebiadabanku. Maryati cuma membisu. Kami
berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai
beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencium
dan menjilati leher, telinga, pundak, ketiak serta
buah dadanya. Kocokan kejantananku kumulai
secara perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-
bagian yang sensitif atau G-Spot wanita ini. Hanya
beberapa detik kemudian, Maryati kembali gelisah.
Kali ini aku bangkit, mengangkat kedua pahanya
ke atas dan membentangkannya dengan lebar,
lalu menghujamkan batang perkasaku sedalam-
dalamnya. Maryati terpekik dengan mata terbeliak,
menyaksikan batang kejantananku yang mungkin
jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang-
ulang keluar masuk diantara lubang berbulu
basah miliknya. Matanya tak mau lepas dari sana.
Kupikir, wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti
itu, jika bersetubuh. Wajahnya kemudian
menatap wajahku.
"Mas..." bisiknya. Aku mengangguk dengan
perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu,
kocokanbatang kejantananku kutingkatkan
semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Maryati
terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya
kemudian, wanita ini menjatuhkan tubuhnya di
tilam, lalu menggeliat, meregang sambil
meremas sprei. Aku tahu dia akan kembali
memasuki saat orgasme keduanya. Dan itu
terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan
nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yang
sedang menyanyi di pesawat televisi di samping
ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai. Aku
terengah dengan tubuh bermandi keringat, di atas
tubuh Maryati yang juga basah kuyup. Matanya
kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut.
Detak jantungku terasa memacu demikian kuat.
Kurasakan batang kejantananku berdenyut-
denyut semakin kuat. Aku tahu, ini saat yang baik
untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri.
Tubuh Maryati kemudian kubalikkan, lalu
punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh.
Setelah itu, pantatnya kubuka dan kunaikkan ke
atas, sehingga lubang anusnya ikut terbuka.
Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana,
sementara jariku memilin dan mengusap-usap
klitorisnya dari belakang. Maryati berulang kali
menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu.
Namun beberapa menit kemudian, keinginan
bersetubuhnya bangkit kembali. Tubuhnya
segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet
tepat menghadap cermin besar yang ada di
depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan
membuka kakinya agak lebar. Setelah itu dengan
agak tidak sabar, batang kejantananku yang terus
membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu
kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Maryati
kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap
terdengar ketika batang kejantananku keluar
masuk dengan cepat di liang sanggamanya.
Bahkan wanita itu benar-benar menjerit
berulangkali dengan mata terbeliak, sehingga aku
khawatir suaranya bisa didengar orang di luar.
Wanita ini kelihatannya sangat terangsang dengan
style bersetubuh seperti itu. Selain batang
kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos
dan menggesek bagian-bagian sensitifnya, dia
juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang
dalam memompanya dari belakang. Dan tidak
seperti sebelumnya, Maryati kali ini dengan suara
gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat
mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang.
Menelentangkannya di sana, kemudian
menyetubuhinya habis-habisan, karena aku juga
sedang mempersiapkan saat orgasmeku. Aku
akan melepas bendungansperma di kepala
kejantananku, pada saat wanita ini memasuki
orgasmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit
kemudian. Maryati meregang keras dengan tubuh
bergetar. Matanya yang cantik terbeliak. Maka
orgasmeku segera kulepas dengan hujaman
batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih
kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang
kewanitaan Maryati.
Kedua mata wanita itu kulihat terbalik, Maryati
meneriakkan namaku saat spermaku
menyembur berulang kali dalam tenggang waktu
sekitar delapan detik ke dalam liang
sanggamanya. Tangannya dengan kuat
merangkul tubuhku dan tangisnya segera
muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa
wanita ini menangis.
Aku memejamkan mata sambil memeluknya
dengan kuat, merasakan nikmatnya orgasme
yang bergelombang itu. Ini adalah orgasmeku
yang pertama dan penghabisanku dengan wanita
ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke
Kalimantan, ke tempat pamanku. Mungkin
seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana.
Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini.
Tidak boleh, meski misalnya Maryati
memintanya.


Adult | GO HOME | Exit
1/52081
U-ON

inc Powered by Xtgem.com